Rahim Pengganti

Bab 91 "Kecelakaan"



Bab 91 "Kecelakaan"

0Bab 91     

Kecelakaan     

Pagi ini Bian dan Andrian akan pergi ke lokasi untuk meninjau beberapa tempat sebagai tempat yang akan mereka gunakan. Semalam rasanya setelah meminum kopi yang di delivery oleh Andrian dari cafe tempat mereka meeting tidur Bian menjadi nyenyak.     

Pria itu seolah merasakan rasa yang berbeda, rasa yang selalu dirinya nikmati sebelum Carissa pergi dan berkat kopi tersebut semalaman Bian bisa beristirahat karena hari ini dari pagi hingga nanti sore banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.     

"Kita hanya berdua saja?" tanya Bian saat melihat hanya ada mereka di tempat tersebut ketiga orang lainnya tidak ada. "Atau mereka belum datang," lanjut sembari menatap jam yang ada di tangannya. "Tapi ini sudah waktunya. Mereka kemana?" tambah Bian lagi.     

"Mereka gak gue suruh datang ke sini. Mereka ke bagian yang lain, biar cepat selesai," jawab Andrian santai. Bian kaget dengan apa yang diucapkan oleh temannya itu. Sungguh Bian hanya bisa geleng geleng kepala, Andrian benar benar bikin kepalanya pusing.     

"Sorry boss. Bukannya lancang, cuma semalam sih boss kayaknya galau banget. Jadi dari pada gue di amuk orang galau, mending diamuk oleh orang kesal," jawab Andrian. Bian hanya menatap pria itu dengan tatapan yang begitu tajam.     

Bian tidak lagi menanggapi apa yang di ucapkan oleh Andrian mereka hanya fokus dengan pekerjaan yang memang harus di selesaikan.     

***     

Pagi ini mual yang sangat hebat membuat Siska harus terbangun sejak pagi, wanita itu memuntahkan semuanya, bahkan saat ini tubuhnya sudah sangat lemas.     

Semua isi perutnya dia keluarkan semua, air mata di sudut matanya mengalir. Sungguh dirinya tidak sanggup jika seperti ini setiap pagi.     

"Ayo dong sayang jangan buat mommy mual terus dong," ucapnya sembari menghapus sisa air yang ada di sudut bibir. Setelah cukup berada di sana, Siska segera beranjak dari tempatnya wanita itu kembali menuju tempat tidur.     

Baru saja Siska akan menutup mata, ponselnya berdering ada nama Elang di sana. Dengan senyum yang mengembang Siska segera mengangkat panggilan terus.     

"Hallo," sapa Siska.     

"Sayang. Maaf ya sayang, kemarin gak angkat. Aku sibuk banget, soalnya ikut Mama dan papa ke sebuah acara gitu, dan handphone aku ternyata ketinggal di mobil. Maaf ya sayang," ucap Elang dengan sedikit berbohong. Tidak mungkin dirinya mengatakan bahwa kemarin malam, Elang bertemu dengan Luna dan melakukan ciuman panas.     

Elang dapat pastikan, jika akan terjadi perang dan Siska akan sangat marah besar.     

"Iya gak masalah kok," jawab Siska. Wanita itu sangat lemah makanya Siska hanya menjawab dengan seadanya. Elang di sudut sana, sibuk berbicara pria itu takut membuat Siska curiga atau mengetahui dirinya sedang berbohong.     

"Kamu ada waktu, gak Mas?" tanya Siska. Hari ini dirinya harus memberitahukan kepada Elang mengenai apa yang sudah terjadi. Siska sangat yakin jika Elang akan bahagia mendengar kabar bahagia ini.     

"Gak ada. Kenapa Sayang."     

"Aku boleh ke apartemen kamu?" tanyanya.     

"Tentu sayang. Mau aku jemput?"     

"Gak usah Mas. Nanti aku ke sana ya, see you Mas."     

Panggilan itu terputus, Elang sedikit lega ketika mendengar suara Siska yang tidak marah karena kejadian kemarin. Pria itu beranjak dari tempat tidurnya, wanita yang dicintainya akan datang dan hal itu membuat Elang harus membereskan kamarnya.     

Siska akan sangat marah, jika melihat kondisi ruangan Elang yang sudah seperti kapal pecah. Setiap Siska ke rumahnya, wanita itu akan bebenah merapikan setiap sudut ruangan.     

***     

Dengan senyum mengembang, Siska pamit ke Mama Ratih jika dirinya akan keluar sebentar, kontak kecil yang ada di tangannya sudah terbungkus rapi. Siska akan memberikan hadiah kecil ini untuk Elang.     

"Ma. Siska pergi sebentar ya," pamitnya.     

"Mau kemana?" tanya Mama Ratih khawatir. Entah kenapa perasaan wanita itu tiba tiba tidak baik, membuat dirinya was was sejak pagi. Tadi pagi, Mama Ratih juga menelpon Bian untuk hati hati dalam setiap kegiatan nya.     

"Ke tempat Mas Elang dulu. Ada urusan penting Ma," jawab Siska.     

"Ya sudah hati hati di jalam ya Nak. Kalau ada apa apa kabarin Mama ya sayang," ujar Mama Ratih. Siska pun segera beranjak dari sana. Wanita itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan santai.     

Di lain tempat Elang sedang menunggu kedatangan sang pujaan hati, saat Elang baru aja akan duduk di sofa suara bel berbunyi.     

"Tumben Siska menekan bel, biasnaya langsung masuk," gumam Elang. Pria itu lalu berjalan menuju pintu, ketika sudah ada di depan. Elang kaget dengan siapa orang yang ada di depan sana.     

"Lun …,"     

Ucapan Elang terpotong karena Luna sudah lebih dulu menerjang bibirnya, wanita itu mencium Elang dan mendorong pria itu masuk ke dalam. Elang yang terkejut dengan apa yang sudah terjadi, akhirnya kembali menikmati sentuhan dan kecupan yang diberikan oleh Luna.     

Pria itu seolah lupa dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, Elang dan Luna saling melempar Saliva keduanya saling mengecap dan melumat. Duduk dipangkuan Elang membuat Luna lebih leluasa bergerak.     

Tangan Elang sudah tidak bisa diam sebagian besar pakaian yang digunakan oleh Luna sudah terbuka. Kecupan yang diberikan oleh Elang sudah berada di leher, nafsunya naik ketika dirinya mendapatkan serangan oleh Luna.     

Brak     

Sebuah benda terjatuh sangat keras, membuat kegiatan itu terhenti. Elang menatap ke arah pintu, mata melotot tajam ketika melihat siapa orang yang ada di sana, air mata wanita itu mengalir. Tidak menyangka dengan apa yang sudah terjadi, syok itulah yang di rasakan Siska melihat pria yang akan menjadi calon ayah anak mereka sedang bercumbu dengan wanita lain.     

"Siska. Mas bisa jelaskan semuanya," ucap Elang berusaha untuk mendekat ke arah Siska. Namun, Siska lebih dulu pergi dari tempat itu.     

"Shut!!" umpat Elang. Pria itu harus mengejar wanitanya, tidak Elang tidak mau kehilangan Siska. Luna yang melihat Elang begitu frustasi hanya bisa diam, wanita itu semakin yakin jika dirinya dan Elang sudah tidak ada harapan lagi.     

Elang sudah keluar dari sana, pria itu pergi menyusul Siska. Lift yang tidak terbuka, membuat Elang turun menggunakan tangga darurat. Tepat ketika di lobby, Elang melihat Siska. Pria itu segera meraih tangan wanitanya, keduanya sudah berada di pinggir jalan.     

"Aku bisa jelaskan semuanya," ucap Elang. Siska hanya menatap dengan tatapan yang sulit diartikan, sungguh saat ini dirinya sangat kecewa. Rasanya Siska ingin menampar pria yang ada di depannya namun, nyatanya dirinya tidak bisa.     

Siska tidak sanggup, dilepaskan nya genggaman tangan tersebut, dan memberikan sebuah jarak.     

"Jangan ikuti aku lagi, aku ingin sendiri," ucap Siska. Baru beberapa langkah Siska berjalan di depan Elang, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrak tubuh Siska.     

Wanita itu terpental melihat hal itu membuat, Elang memekik dan segera mendekat ke arah Siska.     

"Sayang … kamu harus bertahan, sayang."     

Siska hanya tersenyum, wanita itu menutup matanya melihat hal itu membuat Elang tidak bisa diam saja, pria itu meminta Siska untuk membuka matanya. Beberapa orang sudah mencoba menghubungi ambulance.     

###     

Hulla. Selamat membaca ya. Semoga suka, sehat terus ya buat kita semuanya. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.